Kamis, 27 Oktober 2011

Salam sejahtera dalam Kasih Yesus,
 
Kasih, kata yang sering kita dengar dalam kehidupan kita sebagai orang
percaya. Mengasihi Allah dan sesama merupakan keharusan sebagai murid
Kristus. Bahkan di beberapa gereja hukum kasih selalu dibacakan dalam
ibadah. Namun, apakah kita sudah menerapkan kasih seperti yang Tuhan
ajarkan dalam kehidupan kita sehari-hari? Inilah yang seharusnya
menjadi perhatian kita.

Selamat membaca,
Tuhan memberkati.


                  MENGASIHI SESAMA MANUSIA

Salah satu tindakan nyata dari mengasihi Allah adalah mengasihi
sesama. Rasul Yohanes mencatat bahwa seseorang tidak dapat berkata ia
mengasihi Allah jika ia tidak mengasihi saudaranya
(1 Yohanes 4:19-21).

Yesus menempatkan pentingnya kasih terhadap sesama manusia langsung
setelah hukum untuk mengasihi Allah. Kasih Allah memampukan
orang-orang Kristen untuk saling mengasihi, bahkan dalam keadaan
sukar sekali pun. Kasih itu tidak berasal dari sumber-sumber
manusiawi, melainkan dari Allah sendiri karena Ia tinggal di dalam
orang percaya dan mengasihinya (1 Yohanes 4:16-17). Dalam Kolose
3:12-14 Paulus berkata, "Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah
yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan,
kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Sabarlah kamu seorang
terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang
seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah
mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. Dan di atas semuanya
itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan
menyempurnakan." Pertama-tama Paulus mengingatkan orang-orang percaya
akan kedudukan mereka dalam hubungan dengan Allah sebagai "orang-orang
pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya," sebelum ia
menggambarkan cara mereka harus saling mengasihi.

Dalam Tubuh Kristus, orang-orang yang dibimbing/konseli belajar
cara-cara mengasihi sebagaimana yang diperintahkan Yesus (Yohanes
15:12). Kasih Yesus tidak pasif. Ia mengajar dan menyembuhkan banyak
orang, dan Ia sendiri menanggung hukuman karena dosa kita, ketika Ia
mati di kayu salib. Kasih dalam tindakan, juga dinyatakan oleh Yakobus
ketika ia mengimbau orang-orang Kristen untuk bertindak sesuai dengan
iman mereka, dan dengan demikian mengasihi dengan tindakan (Yakobus
2:15-16).

Mengasihi tidak selalu berarti merasa kasihan atau simpati terhadap
sesama. Ketika Yesus menceritakan perumpamaan orang Samaria sebagai
suatu contoh tentang mengasihi sesama manusia, Ia menyebutkan
perhatian orang Samaria kepada seseorang yang dipukul oleh para
penyamun, dan pertolongan praktis orang Samaria terhadap orang itu.
Orang Samaria itu mendahulukan kesejahteraan orang lain di atas
kesejahteraan dirinya, dan berusaha supaya kebutuhan orang itu
terpenuhi. Meskipun demikian, Yesus tidak menyebutkan sama sekali
tentang perasaan yang penuh kasih, yang mungkin dimiliki orang Samaria
itu.

Cara lain yang diajarkan Yesus tentang konsep mengasihi sesama seperti
dirinya sendiri adalah melalui hukum utama: Segala sesuatu yang kamu
kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga
kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi
(Matius 7:12).

Yesus tidak hanya mengajar orang-orang bagaimana hidup bertanggung
jawab; Ia mengajar mereka bahwa kebahagiaan adalah hasil ketaatan
kepada Allah. Suatu penyelidikan yang sangat menarik terhadap prinsip
hukum utama dilakukan oleh Bernard Rimland, direktur dari Institute
for Child Behavior Research. Rimland menemukan bahwa "orang-orang yang
paling bahagia adalah orang-orang yang menolong orang lain". Sementara
manusia cenderung menghabiskan waktu untuk kesenangan dan
kesejahteraan pribadi -- tidak bersedia untuk disusahkan demi
kepentingan orang lain mereka sebut egoisme. Dalam mengategorikan
hasil-hasil itu, Rimland mendapatkan bahwa semua orang yang
digolongkan bahagia, juga digolongkan tidak egois. Ia menuliskan,
mereka "yang kegiatannya diabdikan bagi kebahagiaan diri sendiri jauh
lebih tidak bahagia dibandingkan dengan mereka yang usahanya diabdikan
untuk membuat orang lain bahagia". Rimland menyimpulkan: "Perbuatlah
kepada orang lain sebagaimana kamu kehendaki orang lain perbuat kepada
kamu." (Bernard Rimland, "The Altruism Paradox," Psychological Reports
51 (1982): 522)

Sementara seorang yang dibimbing/konseli memilih untuk mengasihi Allah
melalui iman dan ketaatan, memilih untuk mengasihi sesama manusia
melalui kehidupan yang aktif dan berorientasi kepada orang lain, ia
tidak hanya menemukan cara untuk menyelesaikan masalah, tetapi ia juga
akan menemukan buah Roh dalam kelimpahan yang lebih banyak. Jika ia
menilai tindakannya dalam kaitan dengan kasih kepada Allah dan sesama
manusia, dan dalam kaitan menaati Yesus dalam konteks kasih-Nya, ia
pasti akan menemukan kesempatan untuk bertumbuh. Alkitab menyediakan
keperluan-keperluan dasar bagi kehidupan yang berada dalam kepercayaan
dan ketaatan yang ilahi sesuai dengan kasih Allah. Karena itu, "cara"
dalam Alkitab dan "cara" dalam bimbingan sama: setiap orang harus
hidup dalam persekutuan dengan kasih Allah dan harus menerapkan "hukum
yang pertama dan yang terutama" dalam tindakan (Matius 22:38).

Fokus dari seluruh bimbingan haruslah pada hubungan kasih yang
mendalam. Setiap masalah dapat dipecahkan melalui kesadaran akan kasih
Allah, dan melalui respons terhadap kasih-Nya. Pada saat dua orang
percaya datang bersama-sama kepada Allah untuk mencari cara
penyelesaian masalah, mereka akan memeriksa pikiran, emosi, dan
tindakan dalam konteks kasih Allah dan firman Allah. Mereka akan
menilai hal-hal tersebut dalam kaitan dengan penciptaan, yang meliputi
keadaan manusia secara rohani, keunikan setiap orang, dan kehendak
bebas. Mereka akan menilai hal-hal tersebut, dalam kaitan dengan
bagaimana orang yang dibimbing mungkin akan bereaksi menurut cara yang
lama, seakan-akan ia masih terpisah dari Allah, ia bertingkah laku
sebagai orang yang tidak percaya, yang memunyai harapan yang tersesat,
atau mengasihi diri sendiri. Mereka akan menilai hal-hal itu dalam
kaitan dengan pemulihan hidup baru yang diberikan melalui kematian dan
kebangkitan Yesus, Roh Kudus yang mendiami, dan firman Allah. Namun di
atas dan melalui semuanya itu, mereka akan menilai pikiran, emosi, dan
tindakan dalam kaitan dengan hubungan: kasih Allah dan "hukum yang
utama dan yang terutama".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar